Manila – Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, Arrmanatha Nasir, menekankan pentingnya peran strategis negara-negara berpenghasilan menengah (Middle-Income Countries/MICs) di tengah dinamika global yang penuh tantangan. Hal ini disampaikan dalam pertemuan High-Level Conference of Middle-Income Countries yang berlangsung di Manila, Filipina.
MIC: Pilot Masa Depan Dunia yang Inklusif
Dalam pidatonya, Wamenlu Tata menyerukan agar MIC tidak menjadi korban fragmentasi global, tetapi justru menjadi pengarah masa depan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
“Jika kita gagal menghentikan kemerosotan ini, lebih dari 100 negara MIC yang mencakup 75% populasi global dapat terjebak dalam middle-income trap,” tegasnya.
Tantangan Global yang Mengancam MIC
- Persaingan Kekuatan Besar: Intensitas rivalitas antarnegara besar memperburuk stabilitas global.
- Proteksionisme dan Perang Dagang: Kebijakan ekonomi tertutup semakin mengisolasi negara-negara berkembang.
- Melemahnya Sistem Multilateral: Berkurangnya kepercayaan pada sistem internasional memperparah ketidakpastian.
Tiga Langkah Strategis untuk MIC
Wamenlu Tata mengusulkan tiga langkah untuk memperkuat posisi MIC dalam menghadapi tantangan global:
- Kolaborasi Konkret melalui Kerja Sama Selatan-Selatan: MIC harus mempererat kerja sama lintas kawasan untuk menyelaraskan kebijakan pembangunan dan memperluas akses pembiayaan global.
- Reformasi Sistem Multilateral: Sistem internasional perlu mencerminkan aspirasi negara berkembang agar lebih relevan dengan realitas saat ini.
- Meningkatkan Perdagangan Intra-MIC: Dengan kontribusi lebih dari 57% terhadap PDB global, perdagangan antar-MIC harus menjadi kekuatan kolektif untuk pertumbuhan ekonomi.
Capaian Indonesia di Tengah Gejolak Global
Dalam forum ini, Wamenlu Tata juga memaparkan keberhasilan Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global. Capaian ini, menurutnya, didukung oleh:
- Reformasi Struktural Mendalam: Memperkuat kebijakan domestik untuk daya saing internasional.
- Pengelolaan Fiskal yang Efisien: Mengelola anggaran negara secara bijak di tengah ketidakpastian ekonomi.
- Integrasi Prinsip Pembangunan Berkelanjutan (SDGs): Memastikan pertumbuhan sejalan dengan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
Momentum Bersejarah di Asia Pasifik
Konferensi yang dipimpin Menteri Luar Negeri Filipina, Enrique Manalo, ini mencetak sejarah sebagai pertemuan tingkat tinggi MIC pertama yang diadakan di kawasan Asia Pasifik. Dalam kesempatan tersebut, juga dilaksanakan serah terima Keketuaan Like-Minded Group on Middle Income Countries dari Maroko kepada Filipina.
Dengan dukungan dari 16 negara peserta, badan PBB, dan pemangku kepentingan global, konferensi ini mempertegas pentingnya solidaritas MIC dalam menghadapi dinamika global dan menciptakan dunia yang lebih inklusif.